FILOGI

FILOGI
WE ARE FILOGI ( FILSAFAT PSYCHOLOGY) Dilatarbelakangi oleh Tugas Filsafat dari kelas LC64 BINUS University, di blog ini berisi tentang ulasan kembali yang di ringkas (Summary) dari beberapa pelajaran atau sumber lain.

Senin, 29 Juni 2015

Field Trip Setu Babakan : Agama dan Interaksi Sosial di Kampung Betawi

AGAMA DAN INTERAKSI SOSIAL YANG TERDAPAT DI KAMPUNG BETAWI


Kata Pengantar

    Tugas ini adalah Tugas Akhir dari mata kuliah Ilmu Sosial untuk Psikologi. Kami sudah melakukan wawancara di Setu Babakan, Jagakarsa. Kami berusaha menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana supaya masyarakat mudah mengerti maksud pertanyaan kami. Pertanyaan-pertanyaan kami seperti: Apa saja agama yang ada di Kampung Betawi? - Agama yang menjadi mayoritas di Kampung Betawi? - Apa saja tempat ibadah yang ada di Kampung Betawi? - Bagaimana interaksi antar agama di Kampung Betawi? - Apa saja upacara agama yang ada di Kampung Betawi? dan siapa saja pemuka agama di Kampung Betawi? Kemudian kami menganalisis apakah hal-hal yang kami tanyakan  masih dipertahankan atau sudah mengalami perubahan karena adanya pengaruh Modernisasi dan Globalisasi. Dari tugas ini kita dapat melihat bagaimana pengaruh Modernisasi dan Globalisasi terhadap agama dan interaksi sosial masyarakat di Kampung Betawi. 
1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

     Indonesia adalah sebuah negara yang sangat heterogen dalam berbagai hal, meliputi suku, bahasa, agama, warna kulit, budaya dan sebagainya. Kami membahas tentang agama dan interaksi sosial di Kampung Betawi dan melihat apakah ada perubahan terhadap agama dan interaksi sosial di Kampung Betawi akibat pengaruh Modernisme dan Globalisasi. Modernisme merupakan reaksi individu dan kelompok terhadap dunia modern, dunia modern ini merupakan dunia yang dipengaruhi oleh praktik dan teori kapitalisme, industrialisme, dan negara-bangsa. Sedangkan Globalisasi adalah sebuah proses integrasi internasional yang terjadi karena adanya pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. 

   Setu Babakan merupakan sebuah kawasan perkampungan yang sudah ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi, memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya. Setu Babakan adalah kawasan yang  masih memiliki nuansa kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan, jajanan, busana, rutinitas keagamaan, maupun bentuk rumah Betawi. Keberadaan agama dan interaksi sosial yang terdapat di Kampung Betawi meskipun masih kental mengalami sedikit penurunan, yaitu dalam hal bangunan-bangunan tempat ibadahnya mulai modern dan terdapat “budaya praktis” dimana masyarakat sudah merasa tahap-tahap yang dilakukan untuk upacara pernikahan merepotkan, hal ini  berarti sudah terdapat pengaruh Modernisme dan Globalisasi di masyarakat Kampung Betawi. 

    Apabila masyarakat DKI Jakarta berdiam diri dan tidak berusaha untuk mempertahankan hal ini maka dampak Modernisasi dan Globalisasi yang akan melunturkan kekhasan Kampung Betawi semakin besar. Maka dari itu kami mahasiswa/i dari Psikologi Binus University seluruh angkatan 2018  mendapatkan tugas untuk menjalankan Field Trip ke Kampung Betawi, Setu Babakan. Kami merasa sangat senang, dimana dalam tugas ini kami merasa seperti liburan bersama namun sambil menjalankan tugas yang sudah dibagikan. Kami melakukan wawancara dengan beberapa warga sesuai dengan topik yang kami dapatkan. Dengan melakukan wawancara saya mendapatkan banyak manfaat, yaitu mengetahui berbagai hal mengenai masyarakat asli Kampung Betawi dalam kehidupan sehari-harinya dalam hal agama dan interaksi sosialnya, dimana warga di Kampung Betawi tidak memiliki Pandangan Etnosentrisme. Etnosentrisme adalah sikap yang menganggap hanya norma-norma, nilai-nilai agama, dan perilaku kelompoknya sendiri yang baik, sementara kelompok lain dilihat sebagai jelek, tidak benar dan tidak penting.

1.2  Tujuan

Tujuan dari wawancara yang kami lakukan adalah
1. Untuk mengetahui apa saja agama yang ada di Kampung Betawi.
2. Untuk mengetahui tempat ibadah yang ada di Kampung Betawi.
3. Untuk mengetahui upacara yang ada di Kampung Betawi.
4. Untuk mengetahui pemuka agama di Kampung Betawi.
5. Untuk mengetahui interaksi antar agama di Kampung Betawi.

2. Bahan dan Metode

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
   Penelitian dilakukan di daerah Perkampungan Betawi Setu Babakan, Jagakarsa dan dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Juni 2015.

2.2 Metode Penelitian
   Metode yang kami gunakan adalah metode observasi, yaitu dengan cara turun langsung ke lapangan (melakukan survey) ke objek wisata budaya Betawi, Setu Babakan. Kami melakukan wawancara dengan beberapa penduduk asli dan mencatat informasi yang diperoleh. 

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Mengenai agama yang ada di Kampung Betawi
     Menurut Wallace, agama adalah keyakinan dan ritual peduli dengan makhluk gaib, kekuatan, dan kekuasaan. Agama didefinisikan sebagai budaya universal.

     Menurut informasi yang kami dapatkan dari beberapa warga yang kami wawancarai, hanya sedikit warga Setu Babakan yang menganut agama Kristen dan Katolik, mayoritas masyarakat Setu Babakan menganut agama Islam, bisa dikatakan 99% menganut agama Islam. 

3.2 Mengenai tempat ibadah yang di Kampung Betawi
    Sehubungan dengan informasi bahwa agama mayoritas di Kampung Betawi adalah agama Islam (Muslim) maka tempat ibadah yang ada adalah Masjid. Bangunannya sudah mulai modern yang berarti terdapat pengaruh Modernisme dan Globalisasi.

3.3 Mengenai upacara yang ada di Kampung Betawi
     Upacara yang masih selalu dilakukan di Kampung Betawi adalah upacara pemakaman (ziarah atau nyekar). Mengenai kebiasaan yang selalu dilakukan secara turun-temurun dan terus dilestarikan adalah melakukan silahturahmi ke tetangga dan keluarga, biasanya yang muda mendatangi yang lebih tua. Terdapat beberapa upacara adat Betawi:

1. Pernikahan
      Terdapat tahap-tahap untuk mencapai rumah tangga pada masyarakat Betawi, meskipun jarang dilakukan karena berbagai halangan dan adanya “budaya praktis” dimana masyarakat memandang tahap-tahap ini terlalu merepotkan. Hal ini juga merupakan salah satu dampak negatif dari Globalisasi dan Modernisme. 

Tahap-tahap tersebut meliputi:
a. Ngedelegin :  mencari calon menantu perempuan yang di lakukan oleh Mak Comblang.
b. Ngelamar : pernyataan meminta pihak lelaki kepada pihak perempuan.
c. Bawa Tende Putus : kesepakatan kapan pernikahan akan dilaksanakan.  
d. Ngerudat : rombongan keluarga pengantin laki-laki menuju rumah pengantin perempuan, sambil membawa serah-serahan,seperti : roti budaya, pesalin, sie, dan lain-lain.
e. Akad Nikah : ikrar yang di ucapkan oleh pengantin laki-laki di hadapan  wali pengantin perempuan.  
f. Kebesaran : upacara kedua mempelai duduk di puade untuk menerima ucapan selamat dari keluarga dan undangan. 
g. Negor : upaya suami merayu istrinya untuk memulai hidup baru sebagai sebuah keluarga.
h. Pulang Tige Ari : upacara resepsi pernikahan yang di lakukan di rumah keluarga pengantin lelaki. 

2. Khatam Quran (di Betawi sering disebut Tamatan Quran)
     Upacara ini sangat penting bagi masyarakat Betawi karena orang yang sudah melaksanakan upacara ini dianggap telah mengerti ajaran agama Islam. Penentu seseorang sudah layak dikategorikan tamat adalah guru ngajinya sendiri yang mengajarkan dan mengamati secara intensif. Selamatan atau kenduri menandai tamatnya si anak dalam soal mengaji Quran.

3. Akeke (Akekah)
      Merupakan upacara selamatan pemberian nama dan pencukuran rambut bayi. Pada upacara itu kambing dipotong, satu ekor untuk bayi perempuan dan dua ekor untuk bayi laki-laki. Hasil seluruh rambut yang dipotong atau dicukur dikumpulkan kemudian ditimbang dengan ukuran gram. Misalnya jumlah timbangannya  5 gram, maka ayah si bayi yang sekarang sudah diberi nama, akan membeli emas sebanyak 5 gram. Jumlah uang untuk membeli emas yang 5 gram emas itu akan disumbangkan kepada anak yatim piatu dan fakir miskin. Akeke juga dimeriahkan dengan pembacaan maulid Al-Barjanzi dan pembagian "berekat" (besek) untuk peserta kenduri.

4. Sunatan
     Sunat bagi orang Betawi adalah upacara memotong ujung kelamin anak lelaki dalam ukuran tertentu. Menurut ajaran Agama Islam, bila anak lelaki memasuki akil balig, ia harus segera dikhitan (disunat). Anak lelaki yang sudah akil balig tetapi belum disunat, shalatnya tidak sah. Dalam tradisi Betawi, sunat diartikan sebagai proses pembeda. Berarti seorang anak lelaki yang sudah sunat sudah memasuki dunia akil balig. Karena sudah akil balig, maka dia seharusnya sudah mampu membedakan antara dunia anak-anak dan dunia dewasa. Ia sudah selayaknya mampu menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar ajaran agama dan adat kesopanan di masyarakat.

3.4 Mengenai pemuka agama di Kampung Betawi
   Pemuka agama di Kampung Betawi yang mayoritasnya Muslim (Islam) adalah Ustad (guru), Ulama dan Kiyai.

3.5 Mengenai interaksi antar agama di Kampung Betawi
     Tidak terdapat Sikap Etnosentrisme pada masyarakat Kampung Betawi terhadap agama lain selain Islam. Artinya dalam interaksi tidak ditemukan orang yang mempunyai sikap yang menganggap hanya norma-norma, nilai-nilai agama, dan perilaku kelompoknya sendiri yang baik, sementara lain orang lain dilihat sebagai jelek, tidak benar dan tidak penting. Interaksi antar agama di Kampung Betawi sangat baik, tidak ada sikap membedakan dan fanatik terhadap agamanya sendiri. 
“Sama saja, semua manusia”, merupakan salah satu tanggapan warga Kampung Betawi yang kami wawancarai. Saya secara individu sangat bangga mendengarnya, dari beberapa warga yang kami wawancarai semua mengatakan bahwa tidak ada pembedaan karena agama yang berbeda, kita harus bangga dengan masyarakat di Kampung Betawi yang saling menghargai dan menghormati satu sama lain, tidak terpengaruh dengan adanya perbedaan agama. Dan berarti tidak terdapat pengaruh Globalisasi dan Modernisme dalam interaksi antar agama di Kampung Betawi.

4. Kesimpulan 

   Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa yang pada umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Mayoritas agama penduduk Kmapung Betawi adalah Islam (Muslim), tempat ibadahnya adalah Masjid, upacara yang masih terus dilakukan adalah ziarah (nyekar) dan melakukan silahturahmi ke rumah tetangga atau keluarga, dimana biasanya yang muda datang ke rumah yang lebih tua (dituakan), upacara adatnya meliputi: 1) Pernikahan, terdapat tahap-tahap untuk mencapai rumah tangga pada masyarakat Betawi, meskipun jarang dilakukan karena berbagai halangan dan adanya “budaya praktis” dimana masyarakat memandang tahap-tahap ini terlalu merepotkan, ini merupakan salah satu dampak negatif dari Globalisasi dan Modernisme, 2) Khatam Quran (di Betawi sering disebut Tamatan Quran), orang yang sudah melaksanakan upacara ini dianggap telah mengerti ajaran agama Islam, 3) Akeke (Akekah), merupakan upacara selamatan pemberian nama dan pencukuran rambut bayi. 4) Sunatan, seorang anak lelaki yang sudah sunat sudah memasuki dunia akil balig, maka dia seharusnya sudah mampu membedakan antara dunia anak-anak dan dunia dewasa. Ia sudah selayaknya mampu menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar ajaran agama dan adat kesopanan di masyarakat.  Pemuka agama di Kampung Betawi yang mayoritasnya Muslim (Islam) adalah Ustad (guru), Ulama dan Kiyai. Dan interaksi antar agamanya sangat baik, tidak ada perbedaan antara agama Muslim dan Non-Muslim. 

   Dengan adanya Setu Babakan yang merupakan sebuah kawasan perkampungan yang sudah ditetapkan Pemerintah Jakarta bisa membantu generasi muda untuk mengenal, menjaga dan melestarikan Budaya Betawi. Saya juga berharap dengan adanya Setu Babakan ini Budaya Betawi dapat terus lestari dan tidak terpengaruh dampak negatif dari Globalisasi dan Modernisme, seperti : 1) Semakin banyak dan mudah nilai-nilai Barat masuk ke Indonesia,baik melalui internet, media televisi, maupun media cetak yang menyebabkan lunturnya budaya Indonesia, 2) Lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan social, 3) Terjadi kerusakan lingkungan dan polusi limbah industry, 4) Meningkatnya sikap individualism, 4)Sikap sekularisme, lebih mementingkan kehidupan duniawi dan mengabaikan nilai-nilai agama, 5) Meningkatnya life style, bergaya hidup mewah dan boros dan 6) Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan negaranya sendiri.

Daftar Pustaka

1. Disarikan dari https://id.wikipedia.org/wiki/ - Modernisme (28-06-2015)
2. Disarikan dari https://id.wikipedia.org/wiki/ - Suku Betawi (28-06-2015)
3. Disarikan dari https://setubabakan.wordpress.com/about/ - Setu Babakan (28-06-2015)
4. Disarikan dari upacaraadatbetawi.blogspot.com - Upacara di Setu Babakan (28-06-2015)
7. Disarikan dari TIM CBDC 2015. (2015). CHARACTER BUILDING : KEWARGANEGARAAN. Jakarta: Universitas Bina Nusantara (28-06-2015)

Senin, 08 Juni 2015

Psikoanalisa: Jung, Adler, Horney, Sullvian & Fromm

1. Carl Gustav Jung (1875-1961)

  Mulanya Jung adalah salah satu pengikut Freud, tetapi berpisah dengan Freud setelah ia mengembangkan teori psikodinamiknya sendiri yang dinamakan psikologi analitik. Jung berpendapat bahwa proses tak sadar penting dalam menjelaskan tingkah laku. Tetapi pemahaman tentang tingkah laku manusia harus menginkorporasikan fakta kesadaran diri dan pengaturan diri serta impuls-impuls dari id dan mekanisme pertahanan. Kita tidak hanya memiliki ketidaksadaran pribadi, tetapi kita juga memiliki ketidaksadaran kolektif (pengalaman umat manusia yang terakumulasi dan diwariskan ke generasi berikutnya). Ketidaksadaran kolektif ini berisi gambaran atau arketipe primitif, ,eskipun bersifat tak sadar, arketipe ini mempengaruhi pikiran, mimpi dan emosi kita. Contoh dari arketipe itu adalah pesona, anima dan animus, bayang-bayang dan diri. Jung menolak bahwa semua tingkah laku ditentukan pleh pengalaman di masa dini, bagi Jung tingkah laku orang yang normal sebagian tergantung pada diferensiasi diri.

Gambar 1. C. G. Jung
http://www.opencenter.org
  Teori penting yang dikemukakan oleh Jung adalah teori tipologi kepribadian. Jung berpendapat bahwa manusia didunia ini pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis saja, tergantung pada jenis atau tipe kepribadiannya. 
Berdasarkan fungsinya manusia dapat dibagi dalam 4 tipe kepribadian:
1. Kepribadian yang rasional, yaitu terdapat pada orang-orang yang paling dipengaruhi oleh akal dan rasionalnya sehingga tiap tindakannya diperhitungkan dengan benar-benar.
2. Kepribadian yang intuitif, yaitu kepribadian yang sangat dipengaruhi oleh atau perasaan.
3. Kepribadian emosional, terdapat pada orang yang sangat dikuasai oleh emosinya.
4. Kepribadian yang sensitive, yaitu kepribadian yang dipengaruhi terutama oleh pancaindra dan cepat sekali terhadap rangsang yang diterima oleh pancaindra (sensation).
Berdasarkan reaksi terhadap lingkungan kepribadian dapat dibagi dalam 3 tipe kepribadian:
1. Kepribadian yang ekstrover, yaitu kepribadian yang terbuka.
2. Kepribadian yang introver, yaitu kepribadian yang tertutup.
3. Kepribadian yang ambivert, yaitu kepribadian yang tidak dapat digolongkan kedalam tipe ekstrover dan introver.

2. Alfred Adler (1870-1937)

  Adler pengikut setia Freud di Wina, tetapi hubungan ini tidak lama karena pada tahun 1907 Freud menyingkirkan adler dari kehidupannya karena adler menulis kertas kerja berjudul “Organ Inferiority”. Kertas kerja ini selanjutnya menjadi dasar dan pikiran-pikiran Adler seluruhnya. Dalam kertas kerja itu ia mengatakan bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai kelemahan organis. Berbeda dengan hewan, manusia tidak diperlengkapi dengan alat-alat tubuh untuk melawan alam. Karena itu seorang bayi yang baru lahir terpaksa sepenuhnya menggantungkan dirinya pada orang lain terutama pada ibunya. Kelemahan-kelemahan organis inilah yang membuat manusia bisa lebih unggul dari makhluk-makhluk lainnya.Kelemahan-kelemahan organis itu mendorong manusia untuk mengadakan kompensasi. Mengambangkan akalnya sedemikian rupa sehingga bisa menutupi kelemahan organisnya. Mekanisme kompensasi inilah yang mendasari tingkah laku.

Gambar 2. Alfred Adler
http://upload.wikimedia.org
  Menurut Adler, manusia pada dasarnya didorong oleh kompleks inferioritas bukan insting seksual. Pada beberapa orang, perasaan inferioritas ini akibat masalah fisik dan terdapat kebutuhan untuk mengkompensasinya. Perasaan ini menyebabkan suatu dorongan yang kuat ke arah superioritas yang akan memotivasi kita untuk unggul dan menguasai orang lain. Sama seperti Jung, Adler berpendapat bahwa pengaturan diri dan kesadaran diri mrmainkan peranan yang penting dalam perkembangan kepribadian. Diri kreatif (creative self) adalah suatu aspek kesadaran diri dari kepribadian yang berjuang mengatasi hambatan dan mengembangkan potensi indvidu. Lingkungan dan hubungan sosial mmainkan peran formatif dalam perkembangan kepribadian kita. Menurut Adler, setiap orang memiliki potensi yang unik, sehingga disebut psiologi indivdual.

3. Karen Horney (1885-1952)

  Horney merasa tidak puas dengan psikoanalisi ortodoks, bersama dengan sejumlah tokoh lain yang mendasarnya bukanlah cinta diri, tetapi pendewaan diri dan penliaian diri yang berlebihan sebagai akibat perasaan-perasaan tidak aman. Horney juga mempersoalkan konsep Freud yaitu: kompulsi repetisi, id, ego dan superego, kecemasan dan masokhisme (1939). Sumbangan teoritis fundamental Freud adalah doktrin tentang determinisme psikis, motivasi tak sadar, serta motif-motif emosional dan tidak rasional. Konsep utama Horney adalah kecemasan dasar. Umumnya yang menimbulkan kecemasan dasar adalah segala sesuatu yang menganggu keamanan anak dalam hubungan orangtuanya.

Gambar 3. Karen Horney
link: http://media-2.web.britannica.com
  Horney menyajikan suatu daftar yang terdiri dari 10 kebutuhan yang diperoleh akibat dari usaha menemukan pemecahan terhadao masalah hubungan manusa yang terganggu (1942). Horney menyebut kebutuhan ini "neurotik" karena merupakan pemecahan irasional terhadap masalah tersebut.
1. Kebutuhan neurotik akan kasih sayang dan penerimaan
Cirinya adalah keinginan membabi buta untuk menyenangkan orang lain dan berbuat sesuai dengan harapan mereka.
2. Kebutuhan neurotik akan mitra yang bersedia mengurus kehidupan seseorang
Orang yang memiliki kebutuhan ini adalah parasit. Terlalu menghargai cinta dan sangat takut diabaikan dan ditinggalkan.
3. Kebutuhan neurotik untuk membatasi kehidupan dalam batas-batas yang sempit
Tidak menuntut, puas dengan apa yang ada, lebih suka tidak dikenali, dan menghargai kerendah-hatian melebihi segala sesuatu
4. Kebutuhan neurotik akan kekuasaan
Terwujud dalam keinginan untuk berkuasa demi kekuasaan itu sendiri, tidak hormat sama sekali dengan orang lain, sikap memuja berlebihan terhadap segala bentuk kekuatan dan melecehkan kelemahan.
5. Kebutuhan neurotik untuk mengeksploitasi orang lain
6. Kebutuhan neurotik akan prestise
Harga diri seseorang ditentukan dari banyaknya penghargaan yang ia terima oleh masyarakat.
7. Kebutuhan neurotik akan kekaguman pribadi
Memiliki gambaran diri yang melambung dan ingin dikagumu atas ini bukan atas dasar siapa sesungguhnya mereka.
8. Ambisi neurotik akan prestasi diri 
Ingin menjadi yang terbaik dan memaksa diri semakin berprestasi karena merasa tidak aman.
9. Kebutuhan neurotik untuk berdiri sendiri dan independensi
Karena kekecewaan dalam usaha mereka menemukan hunungan hangat dan memuaskan denga orang lain, maka memisahkan diri dan tidak mau terikat dengan siapa pun dan apa pun. Menjadi "orang-orang yang menyendiri".
10. Kebutuhan neurotik akan kesempurnaan dan ketaktercelaan
Karena takut akan kesalahan dan kritikan maka berusaha embuat dirinya tak terkalahkan dan tak bercela. Mereka terus mencari kekurangan dalam diri mereka supaya kekurangan itu dapat ditutup sebelum diketahui oleh orang lain.

4. Harry Stack Sullivan (1892-1949)

Gambar 4. Sullvian
link: http://s.fixquotes.com
  Sullivan adalah pencipta segi pandangan bary yang dikenal dengan nama interpersonal theory of psychiatry. Ajaran pokok teori ini dengan hubungan teori kepribadian ialah bahwa kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi antarpribadi yang berulang yang menjadi ciri kehidupan manusia (1953, hlm. 111). Sullvian mengatakan bahwa tidak ada gunaya sama sekali berbicara individu sebagai objek penelitian karena individu sama sekali tidak terpisahkan dari hubungannya dengan orang lain. Sullvian memperoleh pengetahuan empirisnya tentang kepribadian dari pekerjaannya merawat pasien yang menderita berbagai tipe gangguan kepribadian, terutama skizoprenia dan kasus-kasus obsesi. Sullvian menyatakan bahwa metode asosiasi bebas tidak berjalan memuaskan jika diterapkan pada penderita skizofrenia, karena metode itu menimbulkan banyak kecemasan.

5. Erich Fromm (1900-1980)

Picture 5. Erich Fromm
link: http://i.ytimg.com
  Fromm dilatih dalam psikoanalisis Freud dan dipengaruhi oleh Karl Marx, Karen Horney daan teoritikus lain yang berorientasi kemasyarakatan (sosial), kemudian ia mengembangkan teori kepribadia yang disebut Psikoanalisis Humanistik yang menekankan pengaruh faktor sosio-biologis, sejarah, ekonomi dan struktur kelas. "Tidak perlu orang menjadi psikoanalisis untuk dapat mengerti teori Freud, tetapi orang harus mempunyai pengetahuan tentang basis klinisnya, kalau tidak, mudah sekali konsep-konsep Freud akan salah dimengerti, karena orang memetik sejumlah kutipan yang hanya sebagian cocok, tanpa pengetahuan tentang sistem sebagai keseluruhan". Fromm mengemukakan bahwa manusia dipengaruhi oleh lingkungannya dari saat kelahiran dan karenanya psikologi bisa sangat bermanfaat dalam frame of reference antropologi dan filsafat. Fromm menyatakan bahwa motivasi adalah penting, ia berpendapat selain manusia terdorong dalam memuaskan kebutuhan organik, mausia juga terdorong untuk menjadi masyhur dan berkuasa, untuk cinta dan untuk merealisasikan cita-cita religius dan humanistik. Tahap perkembangan kepribadian adalah hasil dari proses sosialisasi. 

Sumber:
1. Bartens, K. (2005). Panorama Filsafat Modern. Jakarta: PT Mizan Publika
2. Freud, Sigmund. (Ed. Bartens, K.). 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: Gramedia
3. Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (Ed. Supratiknya, A.). (1993). Teori-Teori Psikodinamik. Yogyakarta: Kanisius
4. Sarwono, Sarlito W. (2008). Berkenalan dengan Aliran-Alirandan Tokoh-Tokoh Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang
5. Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
6. Semiun, Yustinus. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanasius