FILOGI

FILOGI
WE ARE FILOGI ( FILSAFAT PSYCHOLOGY) Dilatarbelakangi oleh Tugas Filsafat dari kelas LC64 BINUS University, di blog ini berisi tentang ulasan kembali yang di ringkas (Summary) dari beberapa pelajaran atau sumber lain.

Selasa, 21 April 2015

SOCRATES

Socrates
“Orang yang paling bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa dia tidak tahu.”

Gambar 1. Socrates (foto dari buku Dunia Sophie
Socrates (470-399) tidak pernah menulis sebaris kalimat pun, mungkin adalah seorang filsuf yang paling penuh teka-teki di seluruh sejarah filsafat. Dia adalah salah satu filsuf yang paling berpengaruhterhadap pemikiran kaum Eropa, dan hal ini bukan karena kematiannya yang cukup dramatis.

Socrates dilahirkan di Athena, sebagian besar hidupnya dijalani di alun-alun dan berbagai pasar,   mengajak orang-orang untuk berbicara disana. “Pohon-pohon di daerah pedesaan tidak mengajarkan apa-apa padaku,” katanya. Socrates adalah seseorang yang bisa berpikir dalam berjam-jam tanpa henti.

Semasa hidupnya orang-orang menganggapnya sebagai sosok yang membingungkan, tetapi ia malah dianggap sebagai pendiri beberapa aliran pemikiran filsafat yang berbeda-beda tidak lama setelah ia meninggal dunia.

Socrates sangat buruk rupa, perutnya buncit, hidungnya pesek dan besar, matanya pun menonjol, tetapi “batinnya sangat bahagia”. Dikatakan “Anda dapat menemukannya pada masa sekarang, Anda dapat menemukannya di masa lampau, tetapi Anda tidak akan pernah menemukan padanannya.”

Kehidupan Socrates ini hanya bisa kita ketahui dari seorang muridnya, Plato. Ia menggunakan Socrates sebagai tokoh utama dan juru bicaranya dalam berbagai dialog atau diskusi-diskusi yang didramatisasi tentang filsafat. Kita tidak bisa yakin apakah kata-kata yang ada di dalam dialog itu benar-benar pernah diucapkan atau tidak, karena sulit membedakan ajaran Socrates dengan ajaran Plato. Sesungguhnya “siapa Socrates” tidak penting, penggambaran Plato mengenai gurunya itulah yang telah mengilhami pemikir di dunia Barat hampir 2.500 tahun.


Socrates tidak pernah menggurui seseorang, dia mengajak orang-orang berdiskusi. Kesannya ia adalah seseorang yang selalu ingin belajar dari orang lain yang diajaknya bicara. Dia hanya mengajukan berbagai pertanyaan seakan dia tidak tahu apa-apa, tapi dalam diskusi itu ia biasanya berhasil membuat para penentangnya mengakui adanya kelemahan dalam argumen yang mereka utarakan, tersudut, dan akhirnya sadar mana yang benar dan mana yang salah.

Socrates mengatakan bahwa ilmunya itu seperti ilmu bidan, dia menganggap bahwa tugasnya adalah membantu  orang lain “melahirkan” wawasan yang benar, karena pemahaman sejati harus timbul dalam diri sendiri.

Socrates selalu mengatakan bahwa ia menyimpan “suara ilahi” dalam dirinya. tindakan menghukum mengajukan protes terhadap hukum mati misalnya, juga menolak memberi informasi pada lawan politiknya, karena inilah ia kehilangan nyawa.

Dia didakwa “mengenalkan dewa-dewa baru dan merusak kaum muda” serta tidak percaya pada dewa-dewa yang dipercayai masyarakat  pada tahun 399 SM.  Sebenarya ia bisa menyelamatkan nyawanya jika ia meninggalkan Athena. Socrates adalah seseorang yang menghargai ati nuraninya dan kebenaran lebih tinggi daripada nyawanya, maka akhirnya ia dihukum meminum racun cemara, ia meminum racun itu didepan sahabat-sahabatnya. Selama 2.400 tahun orang-orag menanyakan mengapa ia harus mati. 

Socrates hidup pada masa yang sama dengan kaum Sophis (sesorang yang pandai dan bijaksana), namun Socrates tidak menganggap dirinya sebagai seorang Sophis. Ia mengajar bukan untuk mendapatkan imbalan uang. Socrates menyebut dirinya seorang ” filosof” yang berarti “orang yang mencintai kebijaksanaan”.

Seorang penduduk Athena pernah bertanya pada peramal di Delphi, “siapakah manusia yang paling bijaksana?” Sang peramal menjawab Socrates adalah manusia yang paling bijak diantara semua manusia. Socrates sangat terkejut mendengar hal ini. Akhirnya ia pergi menemui seseorang yang dianggap paling bijaksana di Athena oleh masyarakat dan olehnya sendiri, tapi ternyata orang ini tidak bisa membuatnya puas terhadap jawaban yang diberikan orang tersebut, akhirnya ia sadar peramal itu benar.  Dia percaya bahwa landasan yang kuat untuk pengetahuan kita terletak pada akal manusia, jelaslah Socrates adalah seorang yang rasionalis.

Sumber:
Pada tanggal 21 April 2015, disarikan dari Gaarder, Jostein. (2008). Dunia Sophie. Jakarta: Mizan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar